JAKARTA – Chandra Lee, Direktur dan CEO Sriwijaya Air, mengatakan maskapai yang dipimpinnya akan terus berkembang hingga tahun depan. Hal ini ditandai dengan tiga kegiatan utama yang akan dilaksanakan pada tahun 2017.

Yang pertama adalah penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO). Menurut Toto Nursatiu, Direktur Komersial Sriwijaya Air, saat ini sedang dilakukan penilaian terhadap nilai perusahaan. Jika evaluasi ini dapat diselesaikan dalam waktu dekat, IPO dijadwalkan pada Maret 2017.

Toto pun tidak bisa menebak berapa dana masyarakat yang akan dihimpun. Namun, dia memberi gagasan bahwa uang itu nantinya akan digunakan untuk pengembangan armada dan pembangunan bengkel perawatan dan perbaikan pesawat (MRO).

Kegiatan besar kedua yang akan dilakukan Sriwijaya adalah mendirikan MRO yang disebut Sriwijaya Maintenance Facility (SMF). Kami meletakkan dasar untuk pendirian MRO.

Nomor sertifikat Organisasi Pemeliharaan (AMO) yang disetujui. Pesawat 145D-953 tersebut diserahkan hari ini langsung oleh Direktur Perhubungan Udara Suprasetyo kepada Richard Bodhihadianto, Direktur Sriwijaya Maintenance Facility (SMF). Sertifikasi AMO adalah sertifikasi untuk mengoperasikan perusahaan MRO (Maintenance, Repair and Overhaul).

Menurut Richard, saat ini beberapa persiapan sedang dilakukan. Termasuk ulasan beberapa lokasi untuk mendirikan hanggar dan melatih sumber daya manusia.

Beberapa lokasi target berada di kompleks bandara Soekarno-Hatta, bandara Bintan, bandara Kertagati dan beberapa lokasi di kawasan timur Indonesia. Investasi untuk membangun MRO ini diperkirakan antara $150 dan $200 juta. SMF diharapkan dapat beroperasi dengan kapasitas penuh dalam tiga tahun ke depan.

Kegiatan besar ketiga adalah rencana pembukaan jalan menuju Jeddah, Arab Saudi. Pembukaan rute ini untuk menguji kemampuan Sriwijaya Airlines melakukan perjalanan jauh ke luar negeri. Selain melayani jemaah haji ke tanah air yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. (Dewa Thoth)